Biografi Didik Nini Thowok (Isnanda Kharisma Ningtyas / 23)
Sang Penari Cross Gender
Indonesia
Didik
Hadiprayitno, SST, laki-laki kemayu kelahiran Temanggung, Jawa Tengah, 13
November 1954, dan sekarang berumur 56 tahun. Beliau adalah seorang penari, koreografer, komedian, pemain
pantomim, penyanyi, dan pengajar. Masa Kecil Didik Nini Thowok terlahir dengan
nama Kwee Tjoen Lian. Karena sakit-sakitan orang tuanya mengubah namanya
menjadi Kwee Tjoen An. Ayah Didik, Kwee Yoe Tiang, merupakan seorang peranakan
Tionghoa yang "terdampar" di Temanggung sedangkan ibunya, Suminah,
adalah wanita Jawa asli, asal Desa Citayem, Tjilatjap. Didik adalah sulung dari
lima bersaudara (keempat adiknya perempuan). Setelah G30S/PKI, keturunan
Tionghoa diwajibkan mengganti nama Tionghoa mereka menjadi nama pribumi
sehingga nama Kwee Tjoen An pun menjadi Didik Hadiprayitno. Kehidupan masa
kecil beliau penuh keprihatinan. Ayahnya bisnis jual beli kulit kambing dan
sapi. Ibunya membuka kios di Pasar Kayu. Hidup bersama mereka adalah kakek dan
neneknya. sehingga keluarga beliau harus hidup pas-pasan. Sebagai anak dan cucu
pertama, beliau selalu dimanja oleh seluruh anggota keluarga. Selain itu,
beliau tidak nakal seperti kebanyakan anak laki-laki seumurannya, beliau
mengenal dunia tari karena sering menonton pertunjukan wayang orang yang berupa
sendratari,sehingg beliau pun bertekad untuk mempelajari tari.
Perekonomian
keluargnya saat itu menyulitkan langkah beliau untuk belajar seni tari.Karena
itu setelah lulus dari SMA, dengan berbekal keuletan dan tekad yang kuat untuk
mempelajari seni tari akhirnya beliaupun bisa melanjutkan kuliahnya di ASTI (Akademi Seni
Tari Indonesi) walaupun untuk membiayai kuliahnya saja beliau harus menjadi
pegawai honorer di Kabin Kebudayaan Kabupaten Temanggung dengan tugas mengajar
tari di beberapa sekolah (SD dan SMP), serta memberi les privat menari untuk
anak-anak di sekitar Temanggung. Karier Setelah menyelesaikan studinya dan
berhak menyandang gelar Didik Hadiprayitno, SST (Sarjana Seni Tari), Didik
ditawari almamaternya, ASTI Yogyakarta untuk mengabdi sebagai staff pengajar.
Selain diangkat menjadi dosen di ASTI, ia juga diminta jadi pengajar Tata Rias
di Akademi Kesejahteraan Keluarga (AKK) Yogya.
Selama karirnya, ia belajar menari kepada
lebih dari 23 guru tari, seperti Ni Ketut Sudjani, I Gusti Gde Raka, Rasimoen,
Sawitri, Ni Ketut Reneng, Kamini, Bagong Kussudiardjo, BRAy Yodonegoro,
Sangeeta, Richard Emmert, Sadamu Omura, Jetty Roels, Gojo Masanosuke, serta
beberapa nama maestro lain dari berbagai negara. Tak heran Didik menjadi begitu
menguasai seni tari, terutama yang berbasis tradisi.Adapun
pengahragaan-penghargaan yang pernah diraih oleh didi nini towok adalah Soedarpo Award by the Rotary Foundation
Rotary International District 3400 (2005), Kala Award by the Governor of Yogyakarta
Special Territory (2002), Indonesian Consulate of
Kobe, Japan (1998),
Sultan Haji Hassanal Bolkiah, Brunei Darussalam (1992), Javanese
Cultural Society of Surakarta (1993), Yogyakarta Tourism Department (2000), Indonesian Student Association of Newcastle, Great
Britain (1994), Cultural Award, Governor of Yogyakarta
(1991),
Indonesian Student Association of Hiroshima, Kansai, Japan (1999), Journalist
Association of Yogyakarta (1993), First Place Award, Ceremonial Make-up
Competition, Yogyakarta (1977),Indonesian Student
Association of Belgium (1991), Honors Student, Ministry of Education and
Culture, Indonesia (1976). Dan masih banyak lagi
penghargaan yang telah diraih oleh beliau selama ini
Selain itu Tarian yang diciptakan oleh beliau sebagai
berikut :
A.
Dewi Sarak Jodag
Kisah Dewi Sarak Jodag diambil dari cerita Raden
Panji. Menceritakan tentang Dewi Sarak Jodag ( adik dari Raja Klana ). Karena
jatuh cinta pada Raden Panji, Ia merubah dirinya menjadi Dewi Chandrakirana ,
Istri Raden Panji. Tapi Raden Panji mengetahu tipu daya Dewi Sarak Jodag dan
menolaknya. Karena merasa malu, ia berubah menjadi sosok yang mengerikan
sebagai perwijudan dari rasa malu, marah dan derita. Dalam tarian ini,
perubahan karakater dipertihatkan dari penggunaan topeng dan dibumbui sedikit
unsur komedi.
B.
Tari Persembahan
Merupakan gabungan gerak tari Bali dan tari Jawa.
Inilah tarian pertama yang diciptakan beliau, yang ternyata menjadi awal dari
sekian banyak kreasi tari yang diciptakannya di masa depan
C.
Tari Batik
Di sinilah untuk
pertama kalinya beliau tampil sebagai penari wanita. Berkebaya dan bersanggul,
dengan luwes ia memamerkan gerakan-gerakan tari yang juga merupakan hasil
karyanya sendiri itu
D.
Tari Dwimuka
Tari Dwimuka terinspirasi dari sebuah film dimana
salah satu tokohnya menggunakan topeng di belakang kepalanya. Tari-tarian
beliau biasanya penuh dengan atraksi komedi, yang mengundang decak kagum dan
keceriaan penonton.
Tari Dwimuka Jepindo 1999,Tari Kuda Putih tahun 1987, Tari Topeng
Nopeng tahun 1988 ,
Tari Topeng Walang Kekek ditahun 1980,Tari Golek Lambang Sari
Pada
tahun itu juga Didik mendirikan sanggar
tari bernama Natya Lakshita yang artinya, tari yang berciri.Pada tahun 2000
ketika mulai dikenal istilah cross gender, yakni identifikasi terhadap sebuah
kemampuan yang melintasi batas-batas seksualitas. Didik bergabung dalam
pertunjukan yang berjudul Impersonators, The Female Role Players in Asian Dance
and Theater di Tokyo, Jepang. Dalam pertunjukan yang disponsori Japan
Foundation ini, beliau bergabung dengan para penari Cross Gender dari Jepang,
India, dan Cina. beliau sendiri punya mimpinya menggelar festival Croos Gender
dan baru terwujud pada Desember 2004, bersama teman-temannya beliau mengadakan
Festival Cross Gender di Yogyakarta dan mengundang para penari dari Jepang,
India, dan Cina
Beliau kini hanya bisa bersyukur dan bersyukur. Rasa
syukur itu ia wujudkan dengan mendirikan sebuah yayasan yang menyantuni biaya
pendidikan lebih dari 60 anak. Bahkan sampai sekarang beliau masih ngamen di
jalan Malioboro setiap Sabtu mencari dana untuk yayasannya sekaligus
menyuarakan hak milik jalan kepada artis untuk berekspresi diri di depan
umum.Di usianya yang sudah kepala lima, kebahagiaannya semakin lengkap ketika
ia mengangkat seorang bayi laki-laki yang ia beri nama Aditya Awaras
Hadiprayitno.Menjadi saksi kebesaran Tuhan atas dirinya, beliau hanya bisa
berkata, “Saya percaya, kesuksesan dan kebahagiaan saya adalah jawaban Tuhan
atas semua doa-doa saya. Bahkan sekarang tidak ada lagi yang bisa menghina saya
karena menarikan tarian perempuan. Ya, Tuhan memang selalu menguji saya sampai
batas waktu terakhir, sampai-sampai, setiap kali saya berdoa, saya tidak tahu
lagi apakah saya harus menangis atau tertawa. Memang, Tuhan itu suka bercanda.”
Nama : Isnanda Kharisma Ningtyas
No : 23
Kelas : X MIPA 4
Komentar
Posting Komentar