Biografi Susi Susanti (Salsabila Fairuz Shofi/33)
Susi
Susanti, “Ratu Bulutangkis” Indonesia
Susi Susanti adalah anak
dari pasangan Risad Haditono dan Purwo Banowati yang lahir di Tasikmalaya, Jawa
Barat pada tanggal 11 Februari 1971. Semenjak duduk dibangku Sekolah Dasar,
Susi sudah menyukai bermain bulutangkis. Kebetulan, kedua orangtuanya juga
memiliki latar belakang bulutangkis sehingga
mereka sangat mendukung, bahkan mengarahkan Susi untuk berlatih dengan serius.
Ketika Susi berumur sekitar 7 tahun, Susi mulai bergabung dengan club Tunas Inti
di kampung halamannya Semenjak itu pula, Susi pun sering menjadi juara dalam
berbagai kejuaraan tingkat junior didaerahnya.
Pada tahun 1985, Susi
Susanti pindah ke Jakarta untuk lebih serius menggeluti dunia bulu tangkis. Di
Jakarta, Susi Susanti tinggal di asrama sekolah khusus untuk atlet dan Susi pun
langsung bergabung dengan club Jaya Raya dan tetap mengenyam pendidikan di sekolah
khusus atlet Raguna.Di asrama, Susi Susanti berlatih bulu tangkis yang jadwal
latihan sangat padat. Enam hari dalam seminggu, Senin - Sabtu dari jam 7 sampai
jam 11 pagi, lalu dsambung lagi jam 3 sore sampai jam 7 malam.
Pada awal kariernya di tahun
1989, Susi Susanti berhasil menjadi juara di Indonesia Open. Selain itu, Susi Susanti
juga berhasil menyumbangkan gelar Piala Sudirman pada tim Indonesia untuk pertama
kalinya. Sejak itu, Susi Susanti mulai merajai kompetisi bulu tangkis wanita
dunia dengan menjuarai All England sebanyak empat dan menjadi juara dunia pada
tahun 1993.
Puncak karier Susi
Susanti terjadi pada tahun 1992 ketika Susi Susanti berhasil menyumbangkan emas
Olimpiade yang pertama bagi Indonesia di Olimpiade Barcelona, Spanyol 1992. Dan
kebetulan pula ketika itu Alan Budikusuma, pacarnya, juga juara di tunggal
putra sehingga media asing menjuluki mereka sebagai “Pengantin Olimpiade”.
Predikat pengantin ini rupanya terus melekat, terbukti saat mereka berdua
kemudian dipercaya menjadi pembawa obor Olimpiade Athena 2004. Dan kini
hubungan mereka telah dikukuhkan dalam satu ikatan perkawinan dan juga telah
dikaruniai tiga orang anak sebagai buah cinta mereka, yaitu Lourencia Averina,
Albertus Edward dan Sebastianus Frederick.
Susi Susanti kembali
lagi dengan membawa medali perunggu pada Olimpiade Atlanta, Amerika Serikat
pada tahun 1996. Selain itu, Susi Susanti berhasil meraih prestasi dengan merebut
Piala Uber pada tahun 1994 dan 1996 bersama tim Uber Indonesia. Banyak gelar
yang seri Grand Prix yang berhasil ia raih sepanjang kariernya.
Memasuki tahun 1997, saat
mulai regenerasi pemain muda, Susi mulai mengundurkan diri dari dunia
bulutangkis karena pernikahannya dengan Alan Budikusuma tepatnya pada bulan
February 1997. Pernikahan Susi Susanti dengan Alan Budikusuma mendapatkan tiga
orang anak yaitu Lourencia Averina, Albertus Edward dan Sebastianus Frederick.
Susi Susanti dan suaminya memiliki sebuah klub bulu tangkis di Jakarta utara.
Memenangkan medali emas di olympic yang merupakan sejarah bagi Indonesia, meraih
medali emas pertama dalam 50 tahun sejarah negeri ini.
Selama
membangun rumah tangga, Susi tak lepas dengan dunia bulutangkis. Ia mendirikan
gedung bulutangkis dengan nama Olympic Badminton Hall di Kelapa Gading,
Jakarta. Mereka berdua juga membuat raket dengan merek Astec (Alan-Susi
Technology). Disamping ASTEC, Susi Susanti juga membuka sebuah pusat
refleksiologi kaki dan fisioterapi yang diberi nama Fontana. Selain itu, Susi
juga disibukkan menjadi komentator pertandingan bulutangkis di stasiun
televisi.
Sekitar
puluhan penghargaan internasional telah diterima Susi Susanti, dan hebatnya ia
selalu bersikap rendah hati dan terus berusaha untuk menjadi lebih baik lagi.
Baginya, kekalahan bukanlah akhir dari segalanya, namun justru kesempatan untuk
memperbaiki kemampuan dan menghindarkan dari sikap sombong. Sungguh satu sikap
yang patut dicontoh oleh para generasi muda bangsa Indonesia.
Kelas
: X Mipa 4
No. Abs : 33
Komentar
Posting Komentar