Biografi Ernest Prakasa (Affan Iman Aghari/01)


Dari Ejekan Woy, Cina! Menjadikan Kesuksesan Sebesar Tembok Cina


Ernest Prakasa adalah seorang pelawak tunggal Indonesia. Ia lahir pada tanggal 29 Januari 1982 di Jakarta. Sejak kecil,  Ernest selalu mendapatkan ejekan dari teman-temannya karena ia merupakan keturunan Tionghoa. Namun hal itu tidaklah membuatnya goyah dalam menjalani hidupnya. Pada tahun 2008, Ernest menikah dengan Meira Anastasia dan dianugrahi dua anak. Anak pertama Ernest dan Meira yaitu Sky Tierra Solana lahir pada tahun 2009. Dan anak kedua mereka yaitu Snow Auror Arashi lahir pada tahun 2014.
Awal karier Ernest adalah di industri musik, yakni dengan bergabung bersama Universal Music. Ia lalu melanjutkan kiprahnya di Sony Music. Hampir enam tahun berkutat di industri musik, Ernest mendaftarkan diri ke program televisi Kompas TV, yakni Stand Up Comedy Indonesia (SUCI). Di dalam audisi tersebut, ia menjadikan kehidupan etnisnya sebagai materi komedi tunggal. Ia berhasil lolos dan terpilih menjadi satu dari 13 finalis dari seluruh Indonesia, dan meraih peringkat ketiga dalam kompetisi tersebut. Sejak itu Ernest mulai dikenal oleh masyarakat Indonesia sebagai komedian Tionghoa-Indonesia. Ernest akhirnya memutuskan diri untuk terjun dan menekuni profesi pelawak tunggal secara penuh.
Ketika itu ia bersama Ryan (sesama peserta SUCI 1) untuk open mic di Comedy Cafe yang berada di daerah Kemang. Singkat cerita, Ryan kemudian mengajak Pandji beserta Raditya Dika. Sementara Ernest mengajak Isman yang merupakan seorang penulis komedi. Al hasil Comedy Cafe yang hanya berkapasitas 50 orang itu disebur ratusan pengunjung. Video dalam event tersebut kemudian di uploud di youtube. Ternyata video itu mendapat respon yang sangat bagus sehingga pada event-event selanjutnya penontonya bisa sampai 1000 orang.
Dan akhirnya ditetapkan lahirnya Stand Up Indo yakni komunitas stand up comedy di Indonesia dengan 5 co-founder yaitu Ernest Prakasa, Raditya Dika, Pandji Pragiwaksono, Isman H. Suryaman dan Ryan Adriandhy. Hingga kini telah memiliki sub-komunitas di lebih dari 15 provinsi, dan dianggap sebagai salah satu perintis budaya komedi tunggal di Indonesia. Ernest pun diangkat sebagai Presiden atau Ketua pertama dari Stand Up Indo hingga Juni 2013.
Ernest telah melakukan sebuah tur komedi tunggal pada 2012, dan ia merupakan komedian pertama Indonesia yang melakukan hal itu. Tur tersebut dinamai Merem Melek, menjelajah 11 kota dari Bandung, Semarang, Solo, Denpasar, Malang, Surabaya, Makassar, Kendari, Samarinda, hingga Palangkaraya, dan ditutup di Gedung Kesenian Jakarta pada 10 Juli 2012. Ia juga pernah menggelar sebuh pertunjukan komedi tunggal khusus bersama para komedian dari etnis Tionghoa-Indonesia, berjudul Ernest Prakasa & The Oriental Bandits yang digelar di Gedung Kesenian Jakarta pada 9 Februari 2013, sehari sebelum perayaan Imlek.
Di bulan November 2013, ia melakukan tur keduanya yang diberi judul Illucinati, menyambangi 17 kota yakni Makassar, Samarinda, Balikpapan, Banjarmasin, Banda Aceh, Semarang, Solo, Yogyakarta, Padang, Depok, Bandung, Bogor, Malang, Sidoarjo, Surabaya, Denpasar, dan ditutup kembali di Gedung Kesenian Jakarta pada tanggal 25 Januari 2014. Acara puncak ini menorehkan rekor sebagai komedi tunggal spesial pertama di Indonesia yang digelar sebanyak tiga kali pertunjukan dalam satu hari.
Selain menjadi pelawak tunggal, Ernest juga menjadi presenter di berbagai acara televisi, yaitu pada acara Stand Up Comedy Show (Metro TV), Stand Up Comedy Indonesia (Kompas TV), dan Comic Action (Kompas TV). Dan juga Ernest menjadi seorang penulis buku. Hasil karya buku Ernest antara lain Ngenest : Ngetawain Hidup Ala Ernest 1, 2, dan 3, Setengah Jalan, dan Dari Merem Ke Melek : Catatan Seorang Komedian.
Selain itu, Ernest juga membuat beberapa film. Seperti Ngenest (Diadaptasi dari Trilogi Novel yang berjudul Ngenest : Ngetawain Hidup Ala Ernest 1, 2, dan 3), Cek Toko Sebelah, Stip & Pensil, dan Susah Sinyal. Ia pun juga membintangi beberapa film seperti Comic 8, Kukejar Cinta Ke Negeri Cina, Sabtu Bersama Bapak, Koala Kumal, Rudy Habibie, dan The Underdogs
Kini Ernest menjadi sukses dan dapat membuktikan bahwa minoritas tidaklah menjadikan penghalang untuk menjadi sukses. Dulu ia sering di ejek “Dasar, Cina!” kini ia menjadi sukses besar seperti “Tembok Cina”.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Surat Penawaran dan balasan (Eka Setyaningrum dan regina Dyahayu P.)

Surat Penawaran dan Balasan (Salsabila Fairuz Shofi dan Hanif Nur Zhulaikah)

Biografi Dr.Yogi Ahmad ( Selvina Nurwiyani/34 )